Social Engineering merupakan metode pengambilan data yang memanfaatkan sisi
terlemah manusia dengan menggunakan teknik psikologi. Dalam dunia keamanan komputer
komponen Terlemah dari jaringan komputer bukan terletak pada piranti software
maupun hardware, melainkan terletak pada Manusia.
Percuma saja memiliki piranti
software seperti firewall, anti virus, software keamanan tingkat tinggi dan
hardware yang canggih jikalau manusia yang menjalankannya lalai. Oleh sebab itu
para pelaku Social engineering memanfaatkan keadaan tersebut, Karena tidak ada
manusia yang sempurna.
Teknik psikologi yang dimaksud
disini adalah memanfaatkan sifat alamiah manusia pada keadaan terlemah yang
membuat otak bawah sadar merespon dan memberikan apa yang diinginkan
pelaku.
Kelemahan manusia yang dimaksud
tersebut adalah:
1. Rasa Takut, Setiap yang
bekerja pada sebuah perusahaan sebagai bawahan pastinya takut terhadap
atasannya, seringkali para pelaku menelpon dan menyamar sebagai atasan
dan meminta password dan data yang diinginkan oleh pelaku. Dan jikalau itu
dapat meyakinkan korban, maka tanpa curiga korban memberikan apa yang diminta
pelaku.
2. Rasa Percaya, Sebagai
Teman dekat sangat mudah bagi korban untuk berbagi hal-hal yang bersifat
rahasia dan hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk kepentingannya.
3. Rasa Ingin Menolong,
Seorang penolong dalam sebuah musibah dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk
memperoleh informasi tanpa bertanya untuk apa data tersebut.
Dalam dunia Social Engineering ada
dua metode yang digunakan pelaku, yaitu: berbasis interaksi sosial dan berbasis
interaksi Komputer.
Adapun metode yang berbasis
interaksi sosial dapat diilustrasikan dari kisah Master Social Engineering yang
melegenda yaitu Kevin Mitnick, cerita yang dikisahkan Mitnick sendiri pada
sebuah forum online Slasdot.org. berikut Ceritanya:
"Pada satu kesempatan, saya
ditantang oleh seorang teman untuk mendapatkan nomor (telepon) Sprint
Foncard-nya. Ia mengatakan akan membelikan makan malam jika saya bisa
mendapatkan nomor itu. Saya tidak akan menolak makan enak, jadi saya berusaha
dengan menghubungi Customer Service dan perpura-pura sebagai seorang dari bagian
teknologi informasi. Saya tanyakan pada petugas yang menjawab apakah ia
mengalami kesulitan pada sitem yang digunakan. Ia bilang tidak, saya tanyakan
sistem yang digunakan untuk mengakses data pelanggan, saya berpura-pura ingin
memverifikasi. Ia menyebutkan nama sistemnya."
“Setelah itu saya kembali menelepon
Costumer Service dan dihubungkan dengan petugas yang berbeda. Saya bilang bahwa
komputer saya rusak dan saya ingin melihat data seorang pelanggan. Ia
mengatakan data itu sudah berjibun pertanyaan. Siapa nama anda? Anda kerja buat
siapa? Alamat anda dimana? Yah, seperti itulah. Karena saya kurang riset, saya
mengarang nama dan tempat saja. Gagal. Ia bilang akan melaporkan
telepon-telepon ini pada keamanan."
“Karena saya mencatat namanya, saya
membawa seorang teman dan memberitahukannya tentang situasi yang terjadi. Saya
meminta teman itu untuk menyamar sebagai 'penyelidik keamanan' untuk mencatat
laporan dari petugas Customer Service dan berbicara dengan petugas tadi.
Sebagai 'penyelidik' ia mengatakan menerima laporan adanya orang berusaha
mendapatkan informasi pribadinya pelanggan. Setelah tanya jawab soal telepon
tadi, 'penyelidik menanyakan apa informasi yang diminta penelepon tadi. Petugas
itu bilang nomor Foncard. 'penyelidik' bertanya, memang berapa nomornya? Dan
petugas itu memberikan nomornya. Oops. Kasus selesai"
Selanjutnya, Metode yang berbasis
interaksi komputer yaitu teknik phising melalui e-mail, SMS, dan
Pop up windows.
Demikianlah penjelasan singkat
tentang Social Engineering. Setelah membaca penjelasan diatas , lalu bagaimana
solusi supaya terhindar dari kejahatan Social Engineering? Ini dia Tips bagi
pembaca untuk menghindari kejahatan Social Engineering:
1. Selalu Hati-hati, jikalau bertemu
dengan yang baru dikenal jangan asal percaya, dan jangan langsung membagi
informasi pribadi begitu saja.
2. Belajar dari pengalaman orang
lain, baik melalui buku, internet, acara tekevisi, dll.
3. Pelatihan dan sosialisasi dari
perusahaan ke karyawan dan unit-unit terkait mengenai pentingnya mengelola
keamanan informasi melalui berbagai cara dan kiat.
4. Organisasi atau perusahaan
mengeluarkan sebuah buku saku berisi panduan mengamankan informasi yang mudah
dimengerti dan diterapkan oleh pegawainya untuk mengurangi insiden-insiden yang
tidak diinginkan.
mksh infonya sob.. saya berkunjung dgn penuh semangat...
ReplyDeleteOK sob .. :D :D :D
Deleteditunggu komentar blk ok
Delete